Bismillahhirrahmanirrahim,
Adapun dalil dari hadits Nabi shallallahu ‘alaihi was sallam untuk syarat
pertama adalah hadits yang diriwayatkan melalui jalan
Amirul Mu’minin yang pertama Umar bin Khottob rodhiyallahu ‘anhu (yang
artinya), “Sesungguhnya
setiap amalan tergantung pada niat. Setiap orang akan mendapatkan sesuai dengan
apa yang ia niatkan. Barangsiapa yang berhijroh karena Allah dan
RasulNya, maka hijrahnya adalah pada Allah dan RasulNya. Barangsiapa yang
hijrah karena dunia yang ia cari-cari atau karena wanita yang ingin ia nikahi,
maka hijrahnya berarti pada apa yang ia tuju (yaitu dunia dan wanita, pent.)”.[3] Dalil untuk syarat yang kedua adalah hadits Nabi shallallahu ‘alaihi was sallam yang diriwayatkan
dari jalur Ummul Mu’minin Aisyah rodhiyallahu ‘anha (yang
artinya), “Barangsiapa membuat
suatu perkara baru dalam agama kami ini yang tidak ada asalnya, maka perkara
tersebut tertolak”[4]. Dalam redaksi yang lain
(yang artinya), “Barangsiapa membuat suatu perkara baru dalam
agama kami ini yang tidak ada asalnya, maka perkara tersebut tertolak”[5].
Dari artikel 'Dua Syarat Diterimanya Ibadah — Muslim.Or.Id'
Ibnu Rajab Al Hambali mengatakan, “Hadits ini adalah hadits yang sangat agung mengenai pokok
Islam. Hadits ini merupakan timbangan amalan zhohir (lahir). Sebagaimana hadits ‘innamal a’malu bin niyat’ [sesungguhnya amal
tergantung dari niatnya] merupakan timbangan amalan batin. Apabila suatu amalan diniatkan
bukan untuk mengharap wajah Allah, pelakunya tidak akan mendapatkan ganjaran.
Begitu pula setiap amalan yang bukan ajaran Allah dan Rasul-Nya, maka amalan
tersebut tertolak. Segala sesuatu yang diada-adakan dalam agama
yang tidak ada izin dari Allah dan Rasul-Nya, maka perkara tersebut bukanlah
agama sama sekali.”[6]
Dari artikel 'Dua Syarat Diterimanya Ibadah — Muslim.Or.Id'
0 komentar:
Posting Komentar