Artikel sebelumnya telah membahas
macam-macam kain jumputan.... nahhh sekarang kita bahas bagaimana proses
membuat kain jumputannya. Prosesnya terbilang simpel dan sederhana.
Bahan dan alat yang digunakan juga mudah didapat. Kain jumputan lebih
sering disebut kain tie-dye (ikat celup). Prosesnya hanya dengan
mengikat-ikat kainnya lalu dicelup pada pewarna. Tanpa ada proses
pelilinan seperti pada batik. Pada kain jumputan, yang digunakan untuk
mencegah terserapnya pewarna pada bagian yang diikat yaitu memakai tali
rafia, karet, biji-bijian, balok-balok kayu, setik-setik atau jahitan.
Kain jumputan bisa dibuat dengan satu warna atau beberapa warna....
hemmm masih bingung n gak kebayang yahh... Yuks belajar proses
pembuatannya...
1. Siapkan alat dan bahannya
Alat dan bahan berupa kain putih (katun, sutra), sabun cuci/ detergen, bahan pengisi (batu kecil, kelereng, biji-bijian), balok kayu, bahan pengikat (tali rafia, karet, benang), jarum, gunting, pewarna (sintetis/ alam), botol, karet busa, kuas, sarung tangan, kompor, panci, dan setrika. Alat dan bahan tersebut mudah didapat, misalnya dapat dibeli ditoko, dapat dibuat sendiri atau memanfaatkan barang-barang bekas yang ada disekitar rumah.
2. Siapkan Kain
Kain yang akan diwarna dicuci dengan air panas yang dicampur dengan sabun. Hal ini dilakukan untuk menghindari kain mengkerut. Setelah dicuci dengan air sabun, kain dibilas hingga bersih dan peraslah. Selagi masih lembab lakukan proses pengikatan.
(Sumber gambar: Buku “Batik dan Jumputan” by Joko Dwi Handoyo)
3. Proses Pengikatan Kain
Buatlah pola desain sebelum proses pengikatan. Pada tahap permulaan, kita berlatih membuat pola dasar. Setelah itu kita dapat melanjutkan latihan dengan pola yang lebih variatif. Bisa juga dengan menjumput kain dan masukan batu lalu ikatlah. Buatlah beberapa jumputan.
(Sumber gambar: http://yokimirantiyo.blogspot.com)
4. Proses Pewarnaan
Warna mempengaruhi hasil desain. Penggunaan warna lebih dari satu lebih rumit dalam pengerjaannya. Pewarnaan dimulai dari warna yang paling muda. Warna gelap digunakan pada tahap pewarnaan paling akhir. Untuk membuat berbagai warna digunakan tiga warna dasar merah, kuning dan biru. Campuran warna merah dan biru menghasilkan warna ungu. Merah dan kuning menghasilkan warna jingga atau orange. Kuning dan biru menghasilkan warna hijau. Untuk menghasilkan warna muda digunakan pewarna yang encer. Untuk warna tua digunakan pewarna yang pekat dan kental.
Pewarnaan bisa dilakukan seperti saat pewarnaan kain batik. Namun biasanya untuk menghasilkan warna yang bagus dan tahan lama, kain jumputan diwarna dengan cara direbus. Caranya: siapkan panci pewarnaan. Perhitungkan besar kecilnya panci agar dapat menampung seluruh kain yang akan diwarna. Panci harus cukup besar untuk menampung kain sehingga kain tidak tumpang tindih. Isilah panci dengan air panas, lalu masukkan pewarna yang warnanya gelap karena lebih mudah merata daripada yang terang. Pewarna yang warnanya terang dapat diencerkan untuk mendapatkan hasil yang rata. Letakkan panci di atas api agar tetap panas selama proses pewarnaan. Hasil pewarnaan akan awet. Gunakan bilah kayu untuk memutar-mutar kain dalam larutan sampai warnanya merata.
(Sumber gambar: Buku “Batik dan Jumputan” by Joko Dwi Handoyo)
5. Proses Pencucian Kain
Proses pewarnaan dilakukan selama satu jam. Kain kemudian diangkat dan dibilas dengan air yang mengalir hingga bersih. Rendamlah kain yang sudah bersih tersebut dalam larutan cuka. Hal ini dilakukan untuk mencegah agar warna kain tidak luntur. Setelah dibilas bersih, ikatan pada kain dilepas satu persatu. Kain dibilas lagi dalam air mengalir hingga jernih. Setelah bersih, kain dibentangkan di jemuran agar kering. Kain yang sudah kering disetrika supaya kain halus dan pola yang dihasilkan terlihat.
Ada beberapa teknik untuk menghasilkan motif yang unik dan menarik yang bisa kita pilih, antaranya yaitu:
a. Ikat Mawar
Kita mulai membuat lingkaran dengan menjumput kain. Ikatan bagian dasar jumputan dengan tali karet. Garis tengah lingkaran yang akan terbentuk dua kali tinggi jumputan kain.
(Sumber gambar: Buku “Batik dan Jumputan” by Joko Dwi Handoyo)
b. Ikatan Mawar Berbelit atau Ledakan Matahari
Membuat pola ikatan mawar berbelit sama seperti membuat ikatan mawar. Kita mulai mengikat bagian dasarnya. Teruskan dengan membuat ikatan spiral menuju puncak jumputan. Bila ingin membuat pola yang lebih rumit lagi buatlah tali yang lebih banyak.
(Sumber gambar: Buku “Batik dan Jumputan” by Joko Dwi Handoyo)
c. Ikatan Donat atau Mawar Ganda
Ikatan donat membentuk pola desain lingkaran berlapis. Ikatan donat dibuat dengan cara memegang dasar kain dengan tangan kiri.
(Sumber gambar: Buku “Batik dan Jumputan” by Joko Dwi Handoyo)
d. Ikatan Garis
Kita memulai membuat garis dengan kapur atau pensil. Kain dilipat menurut garis dan diikat kuat-kuat. Untuk membuat beberapa garis, tariklah beberapa garis pedoman.
(Sumber gambar: Buku “Batik dan Jumputan” by Joko Dwi Handoyo)
e. Ikatan Garis Ganda
Garis ganda digunakan untuk membuat pola desain kain yang ukurannya tidak beraturan. Untuk menciptakan garis yang tidak teratur mulailah dengan membuat lipatan. Tekuklah kemudian jumputlah untuk membuat ikatan.
(Sumber gambar: Buku “Batik dan Jumputan” by Joko Dwi Handoyo)
f. Ikatan Pengerutan
Teknik pengerutan menghasilkan desain pola marmer. Pola marmer dibuat dengan cara mengerutkan kain secara tidak teratur. Ikat kain kuat-kuat agar kerutan tidak lepas. Bila ikatannya kuat, maka menghasilkan motif ceplok-ceplok putih.
(Sumber gambar: Buku “Batik dan Jumputan” by Joko Dwi Handoyo)
g. Ikatan Penggumpalan
Teknik penggumpalan baik sekali digunakan untuk mewarnai kain yang sempit dengan pola bebas. Pola ini dapat dibuat dengan cepat dan mudah. Bentuklah kain menjadi gumpalan, lalu ikat dengan tali karet. Bila kainnya basah dan ikatannya kuat, maka warna yang terserap sedikit.
(Sumber gambar: Buku “Batik dan Jumputan” by Joko Dwi Handoyo)
h. Mengikat Benda
Pola ini dibuat dengan mengikat benda yang ukurannya seragam. Contohnya kelereng yang diikat dengan teknik ikatan mawar kecil. Bila ikatan-ikatan itu dipasang berjajar, maka pola yang dihasilkan berupa jajaran lingkaran yang seragam.
(Sumber gambar: Buku “Batik dan Jumputan” by Joko Dwi Handoyo)
i. Ubar Setik
Pola ini pembuatannya lebih rumit. Membuat ubar (warna) setik diperlukan benang dan jarum. Desain garis dibuat dengan cara menjahit jelujur membentuk garis. Desain pola donat dibentuk kupu-kupu, jantung, daun atau bentuk apapun sesuai dengan desain yang kita inginkan. Ujung benang pada setik ditarik kuat-kuat dan diikat sebelum diwarna.
(Sumber gambar: Buku “Batik dan Jumputan” by Joko Dwi Handoyo)
Kain Jumputan dengan berbagai teknik dan motif
(Sumber gambar: http://etalasemuslimah.wordpress.com)
(Sumber gambar: http://soerya.surabaya.go.id)
Selamat mencoba dan mempraktekkan... Semoga bermanfaat....
1. Siapkan alat dan bahannya
Alat dan bahan berupa kain putih (katun, sutra), sabun cuci/ detergen, bahan pengisi (batu kecil, kelereng, biji-bijian), balok kayu, bahan pengikat (tali rafia, karet, benang), jarum, gunting, pewarna (sintetis/ alam), botol, karet busa, kuas, sarung tangan, kompor, panci, dan setrika. Alat dan bahan tersebut mudah didapat, misalnya dapat dibeli ditoko, dapat dibuat sendiri atau memanfaatkan barang-barang bekas yang ada disekitar rumah.
2. Siapkan Kain
Kain yang akan diwarna dicuci dengan air panas yang dicampur dengan sabun. Hal ini dilakukan untuk menghindari kain mengkerut. Setelah dicuci dengan air sabun, kain dibilas hingga bersih dan peraslah. Selagi masih lembab lakukan proses pengikatan.
(Sumber gambar: Buku “Batik dan Jumputan” by Joko Dwi Handoyo)
3. Proses Pengikatan Kain
Buatlah pola desain sebelum proses pengikatan. Pada tahap permulaan, kita berlatih membuat pola dasar. Setelah itu kita dapat melanjutkan latihan dengan pola yang lebih variatif. Bisa juga dengan menjumput kain dan masukan batu lalu ikatlah. Buatlah beberapa jumputan.
(Sumber gambar: http://yokimirantiyo.blogspot.com)
4. Proses Pewarnaan
Warna mempengaruhi hasil desain. Penggunaan warna lebih dari satu lebih rumit dalam pengerjaannya. Pewarnaan dimulai dari warna yang paling muda. Warna gelap digunakan pada tahap pewarnaan paling akhir. Untuk membuat berbagai warna digunakan tiga warna dasar merah, kuning dan biru. Campuran warna merah dan biru menghasilkan warna ungu. Merah dan kuning menghasilkan warna jingga atau orange. Kuning dan biru menghasilkan warna hijau. Untuk menghasilkan warna muda digunakan pewarna yang encer. Untuk warna tua digunakan pewarna yang pekat dan kental.
Pewarnaan bisa dilakukan seperti saat pewarnaan kain batik. Namun biasanya untuk menghasilkan warna yang bagus dan tahan lama, kain jumputan diwarna dengan cara direbus. Caranya: siapkan panci pewarnaan. Perhitungkan besar kecilnya panci agar dapat menampung seluruh kain yang akan diwarna. Panci harus cukup besar untuk menampung kain sehingga kain tidak tumpang tindih. Isilah panci dengan air panas, lalu masukkan pewarna yang warnanya gelap karena lebih mudah merata daripada yang terang. Pewarna yang warnanya terang dapat diencerkan untuk mendapatkan hasil yang rata. Letakkan panci di atas api agar tetap panas selama proses pewarnaan. Hasil pewarnaan akan awet. Gunakan bilah kayu untuk memutar-mutar kain dalam larutan sampai warnanya merata.
(Sumber gambar: Buku “Batik dan Jumputan” by Joko Dwi Handoyo)
5. Proses Pencucian Kain
Proses pewarnaan dilakukan selama satu jam. Kain kemudian diangkat dan dibilas dengan air yang mengalir hingga bersih. Rendamlah kain yang sudah bersih tersebut dalam larutan cuka. Hal ini dilakukan untuk mencegah agar warna kain tidak luntur. Setelah dibilas bersih, ikatan pada kain dilepas satu persatu. Kain dibilas lagi dalam air mengalir hingga jernih. Setelah bersih, kain dibentangkan di jemuran agar kering. Kain yang sudah kering disetrika supaya kain halus dan pola yang dihasilkan terlihat.
Ada beberapa teknik untuk menghasilkan motif yang unik dan menarik yang bisa kita pilih, antaranya yaitu:
a. Ikat Mawar
Kita mulai membuat lingkaran dengan menjumput kain. Ikatan bagian dasar jumputan dengan tali karet. Garis tengah lingkaran yang akan terbentuk dua kali tinggi jumputan kain.
(Sumber gambar: Buku “Batik dan Jumputan” by Joko Dwi Handoyo)
b. Ikatan Mawar Berbelit atau Ledakan Matahari
Membuat pola ikatan mawar berbelit sama seperti membuat ikatan mawar. Kita mulai mengikat bagian dasarnya. Teruskan dengan membuat ikatan spiral menuju puncak jumputan. Bila ingin membuat pola yang lebih rumit lagi buatlah tali yang lebih banyak.
(Sumber gambar: Buku “Batik dan Jumputan” by Joko Dwi Handoyo)
c. Ikatan Donat atau Mawar Ganda
Ikatan donat membentuk pola desain lingkaran berlapis. Ikatan donat dibuat dengan cara memegang dasar kain dengan tangan kiri.
(Sumber gambar: Buku “Batik dan Jumputan” by Joko Dwi Handoyo)
d. Ikatan Garis
Kita memulai membuat garis dengan kapur atau pensil. Kain dilipat menurut garis dan diikat kuat-kuat. Untuk membuat beberapa garis, tariklah beberapa garis pedoman.
(Sumber gambar: Buku “Batik dan Jumputan” by Joko Dwi Handoyo)
e. Ikatan Garis Ganda
Garis ganda digunakan untuk membuat pola desain kain yang ukurannya tidak beraturan. Untuk menciptakan garis yang tidak teratur mulailah dengan membuat lipatan. Tekuklah kemudian jumputlah untuk membuat ikatan.
(Sumber gambar: Buku “Batik dan Jumputan” by Joko Dwi Handoyo)
f. Ikatan Pengerutan
Teknik pengerutan menghasilkan desain pola marmer. Pola marmer dibuat dengan cara mengerutkan kain secara tidak teratur. Ikat kain kuat-kuat agar kerutan tidak lepas. Bila ikatannya kuat, maka menghasilkan motif ceplok-ceplok putih.
(Sumber gambar: Buku “Batik dan Jumputan” by Joko Dwi Handoyo)
g. Ikatan Penggumpalan
Teknik penggumpalan baik sekali digunakan untuk mewarnai kain yang sempit dengan pola bebas. Pola ini dapat dibuat dengan cepat dan mudah. Bentuklah kain menjadi gumpalan, lalu ikat dengan tali karet. Bila kainnya basah dan ikatannya kuat, maka warna yang terserap sedikit.
(Sumber gambar: Buku “Batik dan Jumputan” by Joko Dwi Handoyo)
h. Mengikat Benda
Pola ini dibuat dengan mengikat benda yang ukurannya seragam. Contohnya kelereng yang diikat dengan teknik ikatan mawar kecil. Bila ikatan-ikatan itu dipasang berjajar, maka pola yang dihasilkan berupa jajaran lingkaran yang seragam.
(Sumber gambar: Buku “Batik dan Jumputan” by Joko Dwi Handoyo)
i. Ubar Setik
Pola ini pembuatannya lebih rumit. Membuat ubar (warna) setik diperlukan benang dan jarum. Desain garis dibuat dengan cara menjahit jelujur membentuk garis. Desain pola donat dibentuk kupu-kupu, jantung, daun atau bentuk apapun sesuai dengan desain yang kita inginkan. Ujung benang pada setik ditarik kuat-kuat dan diikat sebelum diwarna.
(Sumber gambar: Buku “Batik dan Jumputan” by Joko Dwi Handoyo)
Kain Jumputan dengan berbagai teknik dan motif
(Sumber gambar: http://etalasemuslimah.wordpress.com)
(Sumber gambar: http://soerya.surabaya.go.id)
Selamat mencoba dan mempraktekkan... Semoga bermanfaat....
0 komentar:
Posting Komentar